Bertepatan dengan momen Hari Kemerdekaan RI ke-75 yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus, tidak ada salahnya kita mengenang kembali jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur. Pasalnya, berkat perjuangan merekalah, Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dari tangan para penjajah.
Salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk mengenang jasa-jasa mereka adalah dengan melakukan perjalanan wisata bersejarah. Negara kita memang memiliki banyak sekali destinasi-destinasi wisata sejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan pahlawan Indonesia melawan penjajah. Contohnya Lawang Sewu di Kota Semarang, Jawa Tengah.
(Foto : @aslisemarang/Instagram)
Di tempat ini, wisatawan akan disuguhkan oleh berbagai informasi menarik tentang perkembangan kota Semarang dari masa ke masa, serta melihat secara langsung peninggalan-peninggalan bersejarah. Selain itu, terdapat pula cerita-cerita misteri yang sayang untuk dilewatkan. Semakin penasaran kan? Berikut Okezone rangkumkan ulasan lengkap tentang daya tarik Lawang Sewu dan bagaimana cara menuju ke sana.
Sejarah Lawang Sewu
Mengutip situs resmi heritage.kai.id, Minggu (16/8/2020), Gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap di atas lahan seluas 18.232 meter persegi. Bangunan utama dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907. Sedangkan bangunan tambahan dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.
Pada bulan Juli 1907, Lawang Sewu digunakan sebagai Kantor Pusat Administrasi Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang merupakan perusahaan kereta api swasta milik Belanda. Barulah pada tahun 1942-1945, Lawang Sewu diambil alih oleh Jepang dan digunakan sebagai Kantor RIyuku Sokyoku (Jawatan Transportasi Jepang).
(Foto : @irvanhardri/Instagram)
Sejak kedudukan Jepang, fungsi Lawang Sewu langsung berubah total. Bukan tanpa alasan, pada saat itu Semarang dianggap sebagai kota terpenting untuk mengeruk sumber daya alam dari pedalaman Jawa Tengah. Alhasil, Jepang pun memutuskan untuk mengubah Lawang Sewu menjadi tempat pengawasan angkatan darat, sekaligus menyulapnya menjadi penjara dan tempat penyiksaan untuk masyarakat Indonesia.
Lokasi penjara yang dimaksud berada di ruang bawah tanah Lawang Sewu. Jepang sengaja mengurangi volume air yang terdapat pada tempat itu untuk membuat penjara jongkok berukuran 2x3 meter. Jepang juga membuat penjara berdiri berukuran 1x1 meter di tempat yang sama. Penjara ini diklaim sering digunakan untuk menampung lima sampai hingga enam orang dewasa sekaligus. Karena tempatnya sangat kecil dan sempit, tentu sangat menyiksa para tahanan, Mereka tidak bisa berpindah posisi dan seringkali kekurangan oksigen untuk bernapas.
Potret kelam itu ternyata masih berlanjut. Jepang juga menambahkan meja-meja khusus untuk digunakan sebagai lokasi pemenggalan kepala tahanan di ruang bawah tanah. Di dekatnya, terdapat pula lubang pembuangan yang menghubungkan ruangan tersebut ke halaman belakang gedung untuk membuang mayat-mayat yang tewas perlahan di penjara.
Namun pada tahun 1946, Lawang Sewu akhirnya berhasil direbut kembali oleh Belanda dan digunakan sebagai markas tentara mereka. Gedung bersejarah ini baru jatuh di tangan pemerintah Indonesia setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, dan digunakan sebagai Kodam IV Diponerogo.
Follow Berita Okezone di Google News