ISU sampah plastik di laut memang menjadi concern dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya, tidak hanya di laut sampah-sampah tersebut kemudian bergerak ke tepi pantai dan membuat pantai menjadi kotor.
Bahkan, dalam pernah viral sebuah video yang memperlihatkan kantong plastik asal Indonesia sampai ke negara lain. Ya, Indonesia memang menjadi salah satu negara dengan jumlah sampah plastik terbesar di dunia.
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh World Population Review pada 2021 lalu, sekitar 4,8 hingga 12,7 juta metrik ton plastik masuk ke laut setiap tahun. Ironisnya, 5 negara Asia menjadi penyumbang terbesar. Indonesia sendiri berada pada posisi ke empat dengan total sampah plastik mencapai 56.333 ton.
Tidak heran jika banyak pihak kemudian menyuarakan pembersihan sampah plastik di lautan, salah satunya adalah Youtuber terkenal Mr. Beast. Indonesia sendiri bukannya tidak melakukan apa-apa. Beragam upaya telah dilakukan pemerintah Indonesia, termasuk menginisiasi sejumlah program akselarasi seperti Blue Finance Accelerator (BFA) yang diluncurkan pada Agustus 2022.
Program ini diinisiasi langsung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman & Investasi dan United Nations Development Programme (UNDP) di bawah UN ASSIST. Misi program BFA mendukung pengembangan ekonomi biru di Indonesia dengan mempercepat pertumbuhan Startup/UKM lokal di sektor biru.
Selain itu BFA juga dinilai dapat memperkuat pengetahuan kelembagaan dan kapasitas pemerintah Pusat dan Daerah, sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia terhadap Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.
Deputi Menteri Koordinator Bidang Kedaulatan dan Energi Maritim Kemenko Marves, Jodi Mahardi mengatakan Peningkatan sektor usaha biru sangat penting untuk menjaga kesehatan laut dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi biru di Indonesia.
“Kolaborasi antarmekanisme pembangunan sangat penting untuk memajukan ekonomi biru. Indonesia berkomitmen untuk memenuhi komitmennya dan memastikan industri maritim yang aman dan pemulihan ekonomi global melalui inisiatif inovatif yang dipimpin oleh pemuda dan kemitraan lintas sektor,” kata Jodi Mahardi.
Hal senada juga disampaikan oleh Muhammad Didi Hardiana, selaku Head of Innovative Financing Lab (IFL) UNDP Indonesia. Ia mengungkapkan, selama ini UNDP telah berkomitmen memajukan SDGs Indonesia dengan mendorong pertumbuhan bisnis dan dampak sosial.
“Melalui Blue Finance Accelerator (BFA), kami memberikan dukungan peningkatan kapasitas dengan modul pelatihan yang berfokus pada elemen-elemen penting, seperti Jalur Pembiayaan dan Kesiapan Investasi, Pengukuran dan Manajemen Dampak (IMM) dan SDG Alignment Toolkit, serta Gender Lens," katanya.
Follow Berita Okezone di Google News