MASYARAKAT Aceh menjaga baik adat tradisinya. Salah satunya adalah peusijuk, ritual serupa tepung tawar. Peusijuk sering dilakukan terhadap pengantin baru, orang yang baru kena musibah, orang yang mau berhaji atau umrah. Prosesi ini juga kerap dipraktikkan saat orang baru beli kendaraan, membuka usaha, tinggal di rumah baru, hingga menyambut tamu.
Selain itu, peusijuk juga menjadi salah satu adat yang dapat mendamaikan pertikaian kecil terjadi di tengah masyarakat di Aceh. Peusijuk biasanya dipimpin oleh tokoh atau tetua adat atau orang dituakan di masyarakat.
“Peusijuk ini merupakan proses mendinginkan atau musyawarah suasana-suasana yang mencekam disebabkan oleh pertikaian-pertikaian kecil yang terjadi di masyarakat, guna yang saling bertikaian ini saling memaafkan,” kata Kepala Bidang Benda Pusaka/Khazanah Adat Majelis Adat (MAA) Kota Banda Aceh, Hamid kepada media di Banda Aceh beberapa waktu lalu.
Baca juga: Sekaten, Penyebaran Agama Islam Lewat Seni
Sehingga tidak menimbulkan perpecahan di masyarakat karena sudah diselesaikan dengan penyelesaian adat, menurutnya adat sebagai pagar hukum di masyarakat yang sudah dijalankan oleh orang-orang Aceh terdahulu.
Anggota Bidang Benda Pusaka/Khazanah Adat MAA Banda Aceh, Teungku Abdul Samad yang juga aktif melakukan peusijuk di Banda Aceh menuturkan, bahwa pelaksanaan peusijuk juga dapat menyambung ukhuwah islamiah antara sesama saudara dan tetangga di sekeliling rumah.
“Kalau misalnya ada orang yang duduk di rumah baru, biasanya pada saat itu juga di-peusijuk dan diundang saudaranya serta tetangga di sekelilingnya, pada saat inilah terjalin ukhuwah antarsesama para tetangga," kata Samad.
Dalam pelaksanaannya, peusijuk dilakukan dengan menyebut asma-asma Allah seperti diawali dengan membacakan basmalah kemudian salawat dan baru dibacakan doa-doa, doa yang dibaca pun tergantung dengan objek yang akan diPeusijuk.
Baca juga: Makam Sultan Iskandar Muda, Objek Wisata Religi Penuh Sejarah Kegemilangan Aceh
Menurut Samad, orang yang melakukan peusijuk niatnya harus sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah dalam bentuk memohon lewat doa-doa yang dibacakan pada saat Peusijuk itu dilakukan.
“Misalnya kita peusijuk kereta (sepeda motor-red) kalau kita berniat terhindar dari berbagai macam kejadian seperti kecelakaan itu niat yang keliru, tetap niat kita sebagai rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah, peusijuk ini adalah adat yang mustajab itu adalah doa-doa yang dibacakannya,” jelas Samad.
Follow Berita Okezone di Google News