Tenaga medis merupakan garda terdepan saat berperang melawan virus corona COVID-19. Mereka bertaruh nyawa ketika menangani pasien COVID-19.
Tidak sedikit tenaga medis yang akhirnya juga terinfeksi COVID-19 selama menangani pasien. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, hingga 26 Maret 50 tenaga medis positif terpapar COVID-19, 2 di antaranya meninggal dunia, itu baru di Jakarta.
Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengumumkan 8 dokter meninggal dunia. Kemudian, lima hari yang lalu, IDI kembali mengumumkan dua orang dokter meninggal dunia, yakni anggota IDI Jakarta Barat dan IDI Bandung.
Lalu, semalam melalui akun Instagram IDI menyampaikan jika 2 orang dokter kembali meninggal dunia. Dari 12 orang dokter yang meninggal, 11 di antaranya dinyatakan positif COVID-19, sedangkan 1 pasien dalam pengawasan (PDP).
(Baca Juga : 3 Dokter Muslim Meninggal Akibat Corona)
Meski pengorbanan mereka sampai harus bertaruh nyawa, tetap saja timbul stigma di masyarakat. Sejumlah tenaga medis dijauhi masyarakat, mereka diasingkan karena dianggap bisa menularkan COVID-19.
Hal ini sempat disampaikan salah seorang pengusaha hotel. Dia menerima kabar dari temannya yang bekerja di salah satu rumah sakit pemerintah di Jawa Tengah. Menceritakan bahwa ada dua tenaga medis yang 'diusir' dari kos-kosannya.
(Baca Juga : Indonesia Butuh 1.500 Dokter dan 2.500 Perawat untuk Tangani COVID-19)
Kabar ini pun ternyata diterima Dokter Tirta di email pribadinya. Berdasar cuitannya di media sosial, ia menjelaskan bahwa para tenaga medis dijauhi, mendapat stigma negatif karena melawan COVID-19, stres, mendapat tekanan, sampai ada yang menangis di rumah tiap pulang.
(Baca Juga : Kisah Perawat Pertama yang Meninggal Akibat Corona, Mama Itu Pahlawan)
Dokter Tirta meminta masyarakat untuk tidak menjauhi tenaga medis atau pasien COVID-19. "Kenapa orangnya dikucilkan? Bayangkan kalau itu keluargamu. Harusnya kita kasih semangat, kawan,' pintanya. Ia menegaskan sekali, masyarakat itu harusnya menjauhi virusnya, bukan orangnya. Tenaga medis itu butuh semangat.
(Baca Juga : Mengenal Ibnu Sina, Dokter Muslim Penemu TBC)
"Sambutlah tenaga medis, kasih mereka semangat. Bahkan, sepucuk surat bisa jadi penyemangat teman-teman saya. Mereka juga punya keluarga. Saya tahu ini kewajiban, tapi serius, kalau sampai tenaga medis stres, maka siapa yang rugi? Kita semua," ungkap Dokter Tirta.
Follow Berita Okezone di Google News