Sebelumnya pada Rabu (21/6/2023), Laksamana Muda John Mauger dari Penjaga Pantai AS mengatakan kepada BBC bahwa kapal selam dapat memiliki sisa oksigen kurang dari 20 jam, berdasarkan perkiraan awal 96 jam.
“Salah satu faktor yang membuat sulit untuk memprediksi berapa banyak oksigen yang tersisa adalah kita tidak mengetahui tingkat konsumsi oksigen per penumpang di kapal selam tersebut,” ujarnya.
Namun Oisin Fanning, yang pernah melakukan perjalanan laut dalam ke bangkai kapal Titanic sebelumnya dan mengetahui beberapa penumpang kapal selam yang hilang, mengatakan kepada BBC bahwa kru akan memahami cara memaksimalkan pasokan oksigen mereka.
Fanning mengatakan mereka yang berada di kapal akan melalui pelatihan ketat sebelumnya dan "akan segera berusaha untuk menghemat oksigen."
Dr Kenneth LeDez, Direktur Center for Offshore and Remote Medicine dan ahli pengobatan hiperbarik di Memorial University di St John's, Newfoundland, mengatakan kepada BBC bahwa ada kemungkinan awak kapal dapat bertahan bahkan saat pasokan oksigen berkurang, tergantung kebugaran awak dan kondisinya dalam kapal selam.
Meskipun tidak mungkin untuk mengetahui kondisi yang tepat di dalam, Dr LeDez mengatakan para kru kemungkinan akan menghadapi peningkatan kadar karbon dioksida dan juga dapat menghadapi suhu dingin, bersamaan dengan penurunan kadar oksigen.
Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat menyebabkan hipotermia dan kehilangan kesadaran, katanya. Tapi kondisi ini belum tentu mematikan dan metabolisme mereka melambat karena dingin bisa membantu mereka bertahan lebih lama.
"Mereka sangat pintar... orang-orang yang sangat berprestasi di sana," katanya.
"Jika ada yang bisa bertahan di dalamnya, ya orang-orang ini,” ujarnya.
Follow Berita Okezone di Google News
(sst)