JAKARTA- Isu transisi energi semakin kencang digaungkan dalam berbagai kesempatan jelang pertemuan KTT G20. Komitmen pemerintah untuk turut berperan dalam pengurangan emisi karbon menjadi salah satu agenda penting terkait sektor energi dalam perhelatan tersebut.
Tantangan yang juga harus dihadapi oleh Indonesia adalah isu ketahanan energi dan beban subsidi energi yang semakin besar.
Pada periode transisi energi, menjaga ketahanan dan kemandirian energi juga menjadi hal yang patut diperhitungkan, khususnya di tengah belum optimalnya pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia.
Chairman of Organizing Committee IOG 2022, Muhammad Kemal mengungkapkan proses transisi energi menuju energi bersih yang sedang berlangsung memberikan tantangan untuk industri hulu migas untuk dapat meningkatkan produksi dan menurunkan emisi secara simultan.
“Transisi energi merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh industri migas, namun perlu dipikirkan bahwa dalam proses ini keberlangsungan energi juga harus tetap terjaga dengan tetap mempertahankan target produksi migas tahun 2030, ” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (26/10/2022).
BACA JUGA:Transisi Energi Tetap Dilanjutkan meski Ada Resesi Global 2023
Salah satu hal yang bisa menjadi jembatan untuk mempertahankan produksi dan mengurangi emisi karbon adalah diterapkannya teknologi CCS /CCUS dalam kegiatan migas.
Dalam paparan kinerja SKK Migas kuartal III-2022, total potensi CO2 stored dari CCUS adalah 119 - 128 Million tCO2. Potensi tersebut didapatkan dari wilayah kerja Gundih sebesar 3 million tCO2 untuk 10 tahu, Sukowati sebesar 15 million tCO2 untuk 25 tahun, Vorwata 30 million tCO2 for untuk 10 tahun dan Masela 71 - 80 milion tCO2 untuk 29 tahun.
Follow Berita Okezone di Google News