Pada fase kritis terjadi perembesan plasma darah sehingga terjadi peningkatan kekentalan darah atau hematokrit dan hal ini penting diwaspadai. Pada fase ini, pasien memerlukan banyak cairan dengan banyak minum atau pemberian cairan infus.
"Jika kebutuhan cairan tidak tercukupi, risiko si kecil mengalami syok yang dapat membahayakan jiwa akan meningkat. Apalagi jika syok tidak teratasi dalam waktu cepat, kemungkinan akan terjadi komplikasi perdarahan hebat yang akan sulit diatasi," jelas Debbie yang juga tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) itu.
Perdarahan terjadi bukan hanya disebabkan jumlah trombosit yang sangat menurun, tetapi juga disebabkan gangguan fungsi pembekuan darah. Risiko lain yang dapat terjadi pada fase kritis ini yaitu gangguan kesadaran, gangguan fungsi ginjal, serta gangguan fungsi hati dan organ lainnya. Kondisi ini dapat terjadi pada kurang lebih 30 persen kasus dengue berat.
Pada umumnya, kasus DBD yang ditangani dengan kecukupan cairan dengan baik akan terhindar dari kemungkinan terjadinya komplikasi yang berat. Debbie mengatakan, inilah pentingnya perawatan di rumah sakit.
Fase ketiga yakni fase pemulihan atau penyembuhan, yang biasanya terjadi pada hari ke 6-7. Pada fase ini demam sudah mulai turun, kondisi tubuh pun perlahan membaik. Untuk mempercepat pemulihan pasien, sebaiknya pilih asupan nutrisi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh, termasuk kadar trombosit.
DBD seperti penyakit akibat infeksi lainnya sama-sama diawali demam, meskipun setiap penyakit biasanya memiliki gejala khas masing-masing. Untuk membedakan DBD dengan penyakit lainnya yang juga biasanya diawali dengan demam, pemeriksaan darah yakni pemeriksaan antigen NS1 dengue bisa menjadi pilihan.
Follow Berita Okezone di Google News
(mrt)