Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Bank Mata DKI Ungkap Alasan Indonesia Masih Impor Kornea Mata

Novie Fauziah, Jurnalis · Senin 14 Februari 2022 10:57 WIB
https: img.okezone.com content 2022 02 14 620 2546835 bank-mata-dki-ungkap-alasan-indonesia-masih-impor-kornea-mata-xLbwHWEVgT.jpg Indonesia masih impor kornea mata (Foto Ilustrasi: Timesofindia)
A A A

BICARA terkait donor mata, Jumlah pendonornya di Indonesia masih sangat minim. Hal ini membuat jumlah antrean para penerima donor kornea mata terus berlanjut hingga saat ini. Dikarenakan keterbatasan tersebut, akhirnya sebagian harus mengimpor kornea mata dari luar negeri.

Asisten Sekretaris Pelaksana Bank Mata DKI Jakarta, Theresia Lisa mengatakan, dari jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta, persentase pendonor kornea mata dari lokal persentasenya masih sedikit.

Menurut data dari Bank Mata DKI hingga saat ini tercatat 12 ribu pendonor kornea mata. Begitu juga bagi calon pendonor, pendaftaran terus berdatangan. Sehingga ketika sudah meninggal dunia, pihak Bank Mata akan mengambil korneanya sebelum dikebumikan.

Donor Mata

"Mangkanya pendonor mata ini menunggu pada saat meninggal, jadi yang membutuhkan lebih banyak daripada ketersediaan donor kornea mata ini," kata Lisa saat dihubungi MNC Portal, baru-baru ini.

Lisa mengatakan, sejauh ini negara yang mengimporkan kornea matanya antara lain Filipina, India, Nepal, dan Amerika. Sebelumnya kornea akan dicocokkan dengan penerima donor, jika semuanya telah steril maka kornea akan dipesan sesuai orderan dan rekomendasi dari tim medis.

"Dan setelah kornea datang sesuai dengan SOP medis kedokteran, clear dari segala penyakit sudah di-lab, baru kami transplantasikan ke yang membutuhkan atau yang meminta donor kornea," terangnya.

BACA JUGA : Kisah Haru Penerima Donor Mata Dapat Kesempatan Kedua untuk Melihat Dunia

Lisa menuturkan, sekitar tahun 80-an jumlah impor kornea mata dari beberapa negara setiap bulannya cukup banyak. Misalnya Amerika memberikan 300 kornea, dan Filipina 100 kornea. Akan tetapi, kata Lisa, jumlah pasti pendonor tersebut perlu dikaji kembali dan disesuaikan dengan data yang tersimpan di pusat.

BACA JUGA : Kisah Anggi yang Peroleh Kebahagiaan Batin Jadi Pendonor Mata

Bank Mata sendiri berdiri sejak 10 Maret 1968. Sejak tahun tersebut (banyak pendonor kornea) dioperasikan sebanyak 5000 orang. Jumlah itu diakumulasi keseluruhannya di Bank Mata DKI dari tahun pertahun.

Donor Mata

Lebih lanjut, kata Lisa, sedikitnya pendonor kornea mata di Indonesia karena ada beberapa faktor yang menghalanginya. Di antaranya ketika pendonor sudah meninggal dunia, saat dicek kembali riwayat kesehatan terakhirnya dan terkonfirmasi terdapat penyakit, maka pihak bank mata tidak akan mengambilnya.

Hal ini karena bebas dari penyakit dan virus seperti HIV AIDS, hepatitis, sakit karena digigit anjing gila hingga cancer merupakan syarat penting untuk melakukan pendonoran kornea mata.

Begitu juga dengan penyintas Covid-19, maka tim bank mata tidak akan mengambil kornea mata tersebut, sekalipun telah dinyatakan sembuh. Sebab di dalamnya sudah terdapat virus yang nantinya berdampak terhadap kesehatan mata yang akan ditransplantasikan.

Kemudian faktor keluarga yang tidak menghendaki adanya donor mata dari jenazah, juga tidak akan diambil atau ditindak oleh pihak bank mata. Sekalipun orang itu sebelum meninggal dunia sudah mendaftarkan diri, dan ada persetujuan dari pihak keluarga. Namun sesuatu yang berbalik bisa terjadi setelah calon pendonor tiada.

"Sementara kalau sudah mendaftarkan diri, pihak keluarga yang memberi tahu kami. Bahwa almarhum meninggal dalam kondisi apapun, yang penting kami tanya lagi ke penyakitnya. Diberi tahu oleh ahli waris," terangnya.

Adapun calon pendonor kornea mata akibat kecelakaan. Meskipun faktor meninggalnya adalah jelas akibat kecelakaan, namun pihaknya juga akan tetap memastikan kesehatannya, dan pihak keluarga jika mengetahui harus menginformasikannya.

Sementara itu bagi calon penerima donor kornea akan dikenakan biaya, yakni diperuntukkan sebagai biaya perawatan lab. Nominalnya bervariasi dan tergantung jenis kornea mata itu dari mana asalnya.

Lisa menegaskan, biaya ini untuk perawatan lab karena korneanya sendiri gratis, tidak diperjualbelikan atau didagangkan. Ini semua murni karena kesukarelaan dan sebagai bentuk kemanusiaan.

Follow Berita Okezone di Google News

"Untuk korneanya sendiri kan gratis. Tapi dari bank mata Indonesia pusat, itu ada SOP surat pengumuman Biaya laboratoriumnya itu dulu Rp6 juta, tapi sekarang Rp12 Juta," ujarnya.

"Kalau donor Filipina itu dulu sekitar Rp24 Juta sekarang kisaran Rp36 juta. Itu SOP dari bank mata Indonesia pusat, karena kami cabang kami mengikuti sopnya itu. Korneanya sendiri gratis. Itu biaya labnya per korneanya," tambahnya.

Lisa mengungkapkan, di masa pandemi ini pihaknya masih menerima pelayanan jika ada yang ingin mendaftarkan diri sebagai pendonor kornea mata.

Begitu juga jika ada yang meninggal dunia, pihaknya akan mendatangi jenazah berada dan mengambil kornea mata tersebut sesuai dengan persyaratan yang sudah dilakukan sebelumnya.

Lama waktu untuk pengambilan kornea mata ini diperlukan 15 hingga 30 menit.

Pada 2020, tepatnya di awal pandemi hingga saat ini, lanjut Lisa, pihaknya sudah menerima sekitar 30 pendonor kornea mata dari Indonesia.

"Kami masih memberikan pelayanan, walaupun pandemi. Jika ada pendonor yang meninggal dunia, kami langsung datang ke tempat jenazah itu berada," pungkasnya.

1
2
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini