Henricus menambahkan perguruan tinggi juga perlu didorong agar dapat memperkaya kurikulum yang ada dengan topik-topik baru, seperti EOR, teknologi terkait pengembangan potensi panas bumi, teknologi carbon capture utilization and storage (ccus) dan juga hal terkait migas non konvensional.
Ketua Pelaksana IATMI Virtual Conference Ngurah Beni Setiawan mengatakan rekomendasi yang diberikan IATMI antara lain mengembangkan sumber daya dengan CO2 di lepas pantai pasti ada tantangan. Pengembangan East Natuna perlu didorong sebagai salah satu upaya dukung target produksi migas nasional pada 2030.
“Blok East Natuna memiliki kandungan gas yang besar. Tantangannya, East Natuna miliki kandungan CO2 90 persen, Lokasinya terpencil.aspek geopolitik dan geoekonomi kawasan ini perlu menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan,” katanya.
Dukungan pemerintah juga sangat diperlukan untuk mengembangkan proyek raksasa seperti Blok East Natuna. Apalagi disaat bersamaan Indonesia ada tantangan untuk menurunkan emisi karbon.
“Blok Natuna miliki kandungan gas cukup besar, namun juga mempunyai kandungan CO2 besar yang perlu dicari solusinya agar bisa dukung program penurunan emisi karbon,” katanya.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESD Tutuka Ariadji mengatakan dunia semakin kompetitif untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi karena akan terjadi transisi energi. Indonesia sudah menegaskan akan terjadi transisi energi dan perubahan iklim. Eksplorasi agresif dan eksploitasi yang kuat didorong dengan SDM yang kompeten Dan teknologi maju menjadi kunci.
Aliansi strategis sangat penting dengan gunakan big data Dan perlu terobosan di regulasi. Saat ini CCS dan CCUS sangat penting, sebagai enabler untuk strategi peningkatan produksi migas dan jaga strategi perubahan iklim.
“Masing-masing institusi dan asosiasi, lembaga, harus bekerja keras, harus bangkit, sadar bahwa Indonesia berada di ambang krisis. Kita harus pandai memanfaatkan potensi yang ada,” kata Tutuka.
Follow Berita Okezone di Google News
(dni)