JAKARTA - Indonesia berhasil mencapai net zero carbon pada 2060 dengan catatan berhasil beralih dari kendaraan berbasis bahan bakar minyak menjadi listrik.
Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tumiran mengatakan, peran sektor kelistrikan berfungsi mendorong aktivitas ekonomi sekaligus mendukung geliat industri nasional.
Menurut dia, kaitannya dengan transisi energi, peningkatan demand listrik punya peran strategis dalam target Carbon Neutral 2060.
Baca Juga: Tinggalkan Batu Bara, Jokowi Serius Kembangkan Ekonomi Hijau hingga EBT
"Program transisi energi idealnya juga didukung dari sisi hilir (peningkatan demand). Jika sudah ada peningkatan demand, maka dari sisi hulu lebih mudah beralih," ujarnya, Kamis (18/11/2021).
Salah satu ceruk demand yang dapat dimanfaatkan datang dari sektor transportasi. Pasalnya, kontribusi emisi CO2 dari sektor tersebut sangat besar.
Untuk itu, dengan adanya transisi kendaraan berbasis bahan bakar minyak menjadi listrik, upaya mereduksi emisi CO2 secara besar-besaran dapat dilakukan.
Baca Juga: 4 Fakta Transisi Energi, Pemimpin G20 Sepakat Setop Pembiayaan PLTU
"Kalau sektor transportasi emisinya direduksi, sementara sumber listriknya juga berasal dari EBT, maka target-target pemerintah terkait net zero carbon lebih realistis untuk dicapai," ujarnya.
Komitmen pemerintah dalam net zero carbon pada 2060, lanjut Tumiran, patut diapresiasi. Hanya saja, implementasi program di lapangan perlu menyelaraskan kebutuhan badan usaha dalam hal ini PLN.
"Pembangkit EBT struktur biayanya tinggi. Makanya, kita mendukung PLN sebagai ujung tombak transisi energi dengan memastikan implementasi mobil listrik, kompor induksi, dan sebagainya lebih massif," tambahnya.
Tak hanya itu, beralihnya masyarakat dari kendaraan BBM ke listrik juga akan menekan impor BBM. Berdasarkan roadmap yang disusun Kementerian ESDM, potensi jumlah kendaraan listrik di Indonesia pada 2030 mencapai 2,2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik dengan 31.859 unit SPKLU.
Follow Berita Okezone di Google News