NOKEN merupakan salah satu hasil kerajinan tangan asal Bumi Cendrawasih. Biasanya tas noken ini terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan di Papua.
Bahkan noken sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari UNESCO pada 2012 lalu. Selain Wamena, ternyata noken ini bisa ditemukan di Raja Ampat.
Walaupun sama-sama berasal dari Papua, ternyata keduanya memiliki banyak perbedaan. Berikut perbedaan noken asal Wamena dan Raja Ampat dirangkum Okezone, Sabtu (5/12/2020).
Bahan
(Instagram iroel_iman)
Noken Raja Ampat terbuat dari daun pandan pesisir atau daun tikar, ilalang rawa, dan bisa juga dari kulit kayu. Noken ini dibuat bukan tanpa alasan, ada sejarah dan budaya yang terkandung dibaliknya. Noken Raja Ampat yang terbuat dari tanaman pesisir secara tidak langsung menunjukkan di mana lokasi Raja Ampat.
Baca Juga: Filosofi Noken, Warisan Budaya UNESCO Kebanggaan Masyarakat Papua
Noken Wamena menggunakan akar anggrek atau daun pandan besar sebagai bahan pembuatnya.
Fungsi
Di Raja Ampat biasanya noken digunakan sebagai tas untuk mengangkut hasil kebun, atau untuk menggendong anaknya.
Sedangkan di Wamena, noken berada di tengah budaya masyarakat hutan gunung sehingga banyak dipakai mengangkut hasil hutan.
Budaya
Perbedaan bahan tersebut menunjukkan keduanya lahir dari budaya masyarakat yang berbeda. Di Raja Ampat, bahan noken berasal dari tumbuhan pesisir, yang memang lahir dari budaya pesisir.
Sedangkan noken Wamena awalnya dibuat sebagai pemanfaatan tanaman di sekitar hutan dekat Wamena.
Follow Berita Okezone di Google News