PENERAPAN model bisnis inklusif yakni melibatkan masyarakat, pemerintah dan pihak swasta bisa memberi harapan baru pada sektor pariwisata Indonesia bahkan di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia.
Proyek Inovasi dan Investasi untuk Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan yang inklusif (ISED) pada pelaku usaha kecil dan menengah di dua desa sejak Juli 2017 hingga Juni 2021 yakni Bilebante dan Sembalun, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) bisa menjadi salah satu contohnya.
"Rekan-rekan penerima manfaat dari desa wisata di Bilebante dan Sembalun dibantu untuk dapat ditingkatkan kapasitasnya dalam menjalankan usaha secara inklusif yang ditunjukan dari berbagai keterlibatan anggota masyarakat desa yang berujung peningkatan pendapatan dan peluang kerja bagi masyarakat desa," kata Plt. Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Widyasanti dalam ISED Dialogue Forum 2020 secara virtual, Senin (9/11/2020).
Baca juga: 5 Pulau Cantik nan Eksotis di Maluku, Pesonanya bak Serpihan Surga
Wujud nyata proyek ini antara lain pengembangan wisata kebugaran di Desa Bilebante, Lombok Tengah bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Martha Tilaar Group, lalu peningkatan potensi kuliner lokal oleh Kementerian Desa PDTT.
Sementara di Desa Sembalun, Lombok Timur, dilakukan pengembangan potensi kopi lokal dan praktik pertanian kopi yang baik oleh Kementerian Desa PDTT bersama Anomali Coffee Group.
Dalam kesempatan itu, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM, Victoria br. Simanungkalit berpendapat, pemilihan model bisnis inklusif pada dua desa di Lombok ini bersifat berkelanjutan untuk menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan memberikan keuntungan pada masyarakat yang sifatnya bukan sementara.
Dari sisi program, ada paket-paket pemberdayakan yang dimasukkan misalnya seperti yang dilakukan pihak Panorama Group dalam bentuk pemberian edukasi pada masyarakat lokal menciptakan paket wisata yang menarik dan berbasis alam atau pelatihan terapis untuk mendukung pariwisata oleh Martha Tilaar Group.
Baca juga: Intip Keunikan 3 Cagar Biosfer Baru Indonesia yang Ditetapkan UNESCO
Peneliti sekaligus Guru Besar Ilmu Hukum dari Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Prof. Ida Bagus Rahmadi Supancana menilai positif proyek ISED bahkan di masa pandemi COVID-19 saat ini.
“Saya melihat ini momentum tepat untuk mempersiapkan SDM yang kompeten agar match dengan kebutuhan industri dan membantu mempersiapkan diri menghadapi situasi normal baru yang kemudian menjadi fenomena ke depan,” kata dia.
Sebagai bentuk dukungan, pemerintah, menurut Ida Bagus, perlu menciptakan kebijakan yang secara eksplisit mengadopsi model bisnis inklusif dengan segala keunggulannya dan pemberian insentif bagi pelaku usaha yang menunjukkan kepedulian pada masyarakat. Insentif ini bisa dalam bentuk pajak, kemudahan perizinan dan akses pendanaan.
Pengalaman kolaborasi di Lombok
Martha Tilaar Group menjadi salah satu pelaku usaha yang ikut andil dalam proyek ISED kali ini. Mereka memberdayakan para perempuan di Desa Bilebante melalui keterampilan memijat atau massage, karena ini bisa menjadi bagian dari atraksi wisata di sana.
Follow Berita Okezone di Google News