JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi, dipicu isu geopolitik seperti ketidakpastian pemilu AS dan perundingan Brexit, serta ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan perkembangan ini berdampak pada terbatasnya aliran modal ke negara berkembang dan menahan penguatan mata uang berbagai negara, termasuk Indonesia.
Baca juga: PSBB Transisi Bisa Dongkrak Ekonomi, tapi Jangan Tarik Ulur
"Perkembangan ini berdampak pada terbatasnya aliran modal ke negara berkembang dan menahan penguatan mata uang berbagai negara, termasuk Indonesia," kata Perry di Jakarta, Rabu (14/1/2020).
Kendati demikian, perbaikan perekonomian global berlanjut sesuai prakiraan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dunia terus membaik dipengaruhi besarnya stimulus fiskal di beberapa negara maju, terutama Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Bos BI Sebut Ekonomi Domestik Mulai Pulih
"Perbaikan juga didukung oleh pemulihan ekonomi Tiongkok sebagai dampak dari besarnya stimulus fiskal dan berkurangnya penyebaran Covid-19, yang meningkatkan investasi di sektor manufaktur, di tengah terbatasnya perbaikan ekonomi negara berkembang lainnya," katanya.
Dia menambahkan pemulijan ekonomi global mendorong peningkatan beberapa indikator dini bulan September 2020, seperti mobilitas masyarakat global, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur dan Jasa di beberapa negara, serta keyakinan konsumen di AS dan kawasan Eropa. Ke depan, berlanjutnya perbaikan ekonomi global didorong oleh berkurangnya penyebaran COVID-19, meningkatnya mobilitas masyarakat, dan berlanjutnya stimulus kebijakan.
"Perbaikan ekonomi global tersebut mendorong kenaikan volume perdagangan dan harga komoditas dunia sesuai prakiraan sebelumnya," katanya.
Follow Berita Okezone di Google News
(rzy)