MEMPELAJARI kisah hidup ulama sangat penting untuk memupuk toleransi antar manusia. Demikian disampaikan Ketua MUI Sulawesi Selatan, KH Abdul Rahim Yunus. Menurutnya, akan sulit memahami agama secara utuh bila tidak memahami riwayat para ulama.
“Rasulullah memang contoh yang baik, bagaimana kita bisa mencontoh kalau kita tidak tahu riwayatnya, tidak gali sejarahnya, dan yang mewarisi sejarah mereka adalah ulama, al ulama warasatul anbiya, bagaimana kita bisa tahu agama ini kalau kita tidak paham mereka,” katanya saat membuka Webinar Internasional Ketajaman Mata Pena Syekh Yusuf Al-Makassary Tajul Khalwaty, dikutip dari laman resmi MUI, Minggu (23/8/2020).
Menurutnya, bagian penting dari mempelajari agama adalah sejarah, termasuk sejarah ulama terdahulu. Pemahaman terhadap riwayat ulama itu yang pada akhirnya membuat seorang semakin bijak dalam melihat perbedaan pendapat para ulama
“Kita bisa saling menghormati kalau memahami perbedaan, kalau kemudian tidak memahami sejarah perbedaan, lalu timbul paham yang ekstrem, hanya menganggap dirinya sendiri yang paling benar sementara yang paling tidak, akan timbul ketidakharmonisan dalam perbedaan itu,” terangnya.
Dalam Webinar yang dilaksanakan Komisi Infokom MUI Sulsel itu, lebih lanjut dia mencontohkan bahwa banyak yang bermazhab Syafii di Indonesia disebabkan ulama yang membawa bermazhab Syafii.
Itu pula yang terjadi di Afrika Utara mengapa di sana banyak yang bermazhab Maliki maupun di Asia Tengah yang bermazhab Hambali.
Selain penyebaran ulama itu, sejarah profil ulama juga perlu dipahami. Misalnya Imam Syafi’i yang berguru kepada Imam Maliki dan Abu Hanifah.
Follow Berita Okezone di Google News