"Meninggalkan segala perbuatan salah pada hakikatnya juga berarti meminimalisir potensi kecelakaan diri manusia. Kesucian diri akan mempengaruhi kekuatan diri manusia itu sendiri. Semakin baik dan bersih akan semakin tajam kekuatan dan potensi seseorang manusia," ujarnya.
Selanjutnya yang kelima, walaa tamnun tastaktsir (jangan memberi dengan maksud ingin mendapat balasan lebih banyak). Sikap dermawan atau sosial yang baik bisa dalam bentuk rajin memberi, rajin menolong, dan sebagainya. Pemberian yang diberikan adalah hakikat kondisi hati seseorang. Hakikatnya bukan materi atau sisi kuantitas saja yang diperhatikan, tapi motivasi seseorang yang bisa sampai memberikan 'sesuatu' tersebut.
Hanya, pemberian yang dikeluarkan tidak mesti dibarengi juga dengan maksud ingin mendapat balasan yang lebih banyak lagi. Dalam bahasa sunda dikenal dengan sikap 'toma'. Toma adalah sikap menunggu-nunggu pemberian dari orang lain, ingin dikasih, ingin diberi. Pemberian atau pertolongan yang diberikan, serahkanlah padaNya. Irhamuu man fil ardhi, yarhamukum man fis samaa-i (kasihilah yang ada di bumi, niscaya akan mengasihimu Dzat yang ada di langit).
Keenam, walirabbika fashbir (dan karena Tuhanmu, bersabarlah). Sikap sabar adalah alat berharga dan mahal untuk modal hidup manusia. Tanpa sabar, diri kita terkadang tidak bisa dikendalikan, tidak bisa di-manage dengan baik. Tidak sedikit orang yang mempermasalahkan kesabarannya, menganggap kesabaran ada batasnya dan lain-lain.
"Padahal hakikatnya, kesabaran tidak ada batasnya, dia unlimited (tak terbatas). Hanya kata-kata dan sikap kita lah yang terkadang terbatas. Fa shabrun jamiil, maka sabar itu indah. Semoga poin-poin yang tertera di Surah Al-Mudatsir bisa menjadi bahan resolusi diri kita saat menghampiri tahun baru 1442 hijriah ini terutama saat mengalami masa pandemi demi perbaikan di masa new normal dan seterusnya," tutup Ihsan.
Follow Berita Okezone di Google News
(put)