MUSIBAH non-alam berupa wabah Covid-19 yang belum kunjung berakhir memberi ruang kepada manusia untuk kembali merenung dan mengambil pelajaran dari sejarah Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Setelah menerima wahyu pertama, Surah Al-Alaq ayat 1-5, Rasulullah sempat merasa takut dan bingung, hingga Allah menurunkan wahyu Surah Al-Mudatsir ayat 1-7.
Wahyu kedua ini merupakan jawaban sekaligus motivasi dari Sang Pemberi Motivasi kepada Rasulullah agar bisa berbuat dan bertindak lebih baik lagi. Dalam makna yang lebih luas, awal Surah Al-Mudatsir mengandung pesan motivatif bagi umat Nabi Muhammad dalam menjalani kehidupan.
"Pertama, qum fa andzir (bangunlah, lalu berilah peringatan!) Sikap bangun mengandung arti seseorang bisa berdiri dari posisi sebelumnya yang sedang duduk, bisa membuka mata dari keadaan sebelumnya yang tengah lelap tidur, atau dia sadar kembali setelah sebelumnya tidak sadarkan diri dan tidak bisa mengingat apa-apa. Perintah supaya bangun dengan kata lain memberikan maksud penting bahwa segala sesuatu yang hendak dilakukan harus dalam kondisi siap, dalam kondisi sadar dan penuh perhatian," terang Kepala Seksi Penyiapan Akomodasi Dityanhaj Luar Negeri Kemenag, Ihsan Faisal dikutip dari website resmi Kemenag, Selasa (18/8/2020)
Ihsan menjelaskan, orang yang bisa bangun artinya seseorang yang mampu meninggalkan dan mengubah kondisi dirinya dari aneka keterpurukan, kelemahan, kegamangan, dan kondisi tidak sadarkan diri.
Aktivitas seseorang akan sangat terbatas ketika ia bekerja dalam kondisi duduk, berbaring, bahkan tak sadarkan diri. Orang yang sedang tidur lalu ia bicara, berjalan, dan sebagainya tidak akan disebut orang bekerja, tapi ia dianggap sedang mengingau, sedang mimpi dan sebagainya.
"Setelah posisi kita siap siaga, berdiri penuh dengan kesadaran utuh, maka kewajiban berikutnya adalah memberikan peringatan kepada siapapun juga. Memberi peringatan bisa dilakukan kepada diri sendiri, keluarga, saudara, tetangga, karib kerabat, lingkungan yang lebih luas lagi, bahkan mungkin dunia pada umumnya," tuturnya.
Baca juga: Menolak Lupa, Kiprah Habaib dalam Perjuangan Bangsa Indonesia
Ia menambahkan, pemberian peringatan kepada sesama merupakan sikap alami yang dimiliki manusia. Hal tersebut patut dijalankan karena hakikatnya manusia adalah makhluk yang sering lupa dan salah.
Kedua, warabbaka fakabbir (agungkanlah nama Tuhanmu). Mengagungkan nama Tuhan adalah bentuk dari sebuah keyakinan atau kepercayaan seorang manusia terhadap Tuhannya. Hal tersebut sekaligus mengindikasikan bahwa kita sebagai manusia adalah makhluk yang kecil, lemah, dan tidak memiliki apapun juga. Tidak ada yang berhak diagungkan tentunya selain Dia. KeagunganNya pasti tidak ada yang bisa menandinginya. Keagungan-Nya pula yang menandakan masing-masing manusia memiliki potensi yang sama.
"Mengawali segala tindakan dan perbuatan sehari-hari dengan mengucapkan nama Allah adalah bentuk nyata dari pengagunganNya. Tindakan itu cermin dari ta’zhim atas namaNya, ta’zhim atas kuasaNya, ta’zhim atas segalaNya," kata Ihsan.
Sedangkan ketiga, watsiyaabaka fathahhir (bersihkanlah pakaianmu). Pakaian ibarat simbol materi yang dikenakan dan dipakai seseorang. Memakainya secara terus menerus pasti akan merasakan kondisi kotor, lusuh, usang dan sebagainya. Membersihkan pakaian dalam arti perhatian kita terhadap kondisi fisik/materi pun perlu dilakukan.
"Apa yang kita pakai, apa yang kita gunakan, apa yang kita manfaatkan semestinya harus mendapatkan perawatan (maintenance) yang baik. Karena sejatinya pula Tuhan sangat mencintai orang-orang yang bertaubat (bersih jiwa) dan orang-orang yang bersuci (bersih fisik)," terangnya.
Keempat lanjut Ihsan ialah warrujza fahjur (tinggalkan segala amal yang jelek/dosa). Pada dasarnya memang manusia diberikan potensi baik (takwa) dan potensi buruk (fujur). Keduanya saling berbenturan dan pada akhirnya dikembalikan pada keputusan yang diambil oleh manusia itu sendiri.
Inilah makna bahwa diri manusia tidak akan lepas dari sikap khilaf dan salah. Namun sebaik-baik orang yang pernah berbuat salah adalah mereka yang mau kembali pada kesucian (tawwabun).
Follow Berita Okezone di Google News