Dalam prosesnya, pendonor sperma akan mendapatkan pemeriksaan fisik, tes STD (sexually transmitted disease), tes genetik, hingga evaluasi psikologis. Scott mengungkapkan, melalui proses pemeriksaan ini justru para donatur yang potensial sering menemukan diri mereka ternyata memiliki STD ( penyakit seksual menular) atau mutasi genetik.
Tidak hanya itu, selain memberikan sang donor akses ke pemeriksaan medis yang luas, Scott menyakini bahwa rangkaian proses aplikasi (biasanya dengan esai pribadi dan proyek seni) memiliki manfaat tersendiri.
Baca Juga: Sunan Kalijaga Ajak Salmafina Sunan Liburan ke Amerika, Akur Deh!
"Penyaringan aplikasi saat mengisi evaluasi bisa sangat introspektif," ujar Scott.
Lalu bagaimana dengan yang menerima sperma? Apakah ada kemungkinan untuk bisa tertular penyakit seksual atau penyakit genetik jika menggunakan sperma yang disumbangkan tersebut?
Follow Berita Okezone di Google News