Pandemi COVID-19 tidak seharusnya membuat kita jadi membatasi jarak pada kepedulian sosial terhadap orang-orang di sekitar kita. Ibadah puasa di bulan Ramadhan dapat menjadi sarana melatih diri mengendalikan hawa nafsu yang juga bertujuan memupuk kepedulian bagi sesama umat manusia.
Guru Besar bidang Psikologi Islam dari Universitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta, Prof. Dr. H. Achmad Mubarok M.A., mengatakan di tengah pandemi COVID-19 ini masyarakat justru semakin meningkat kepedulian sosialnya. Ini sudah terbukti dengan terjadinya fenomena bagi-bagi makanan di jalan.
“Memberikan makanan kepada orang-orang telah menjadi fenomena kekinian, di pinggir jalan, di mana-mana. Hal ini bisa terjadi karena lebih kepada spontanitas masyarakat yang bangkit kepeduliannya terhadap sesana. Makanya banyak yang melakukan itu justru dari perorangan atau pribadi,” ujarnya.
Lebih lanjut pria kelahiran Purwokerto 15 Desember 1945 itu mengungkapkan selain dari perorangan, bantuan juga ada dari berbagai kelompok, organisasi kemasyarakatan hingga partai politik.
Achmad Mubarok menjelaskan bantuan swadaya dari masyarakat ini yang sebenarnya membuat daya tahan masyarakat dapat bertahan di situasi krisis untuk sementara waktu.
(Baca Juga : Heboh Bajaj Bajuri Prediksi COVID-19 17 Tahun Lalu, Ini Faktanya)
“Kalau pemerintah sendiri saja misalnya masih kuwalahan untuk mendistribusikan bahan makanan, Misalnya bantuan ke RT yang dibutuhkan ada 100 tapi yang diterima cuma 50 box. Itu kan bagi aparat setempat menjadi berat karena yang membutuhkan jumlahnya jauh lebih banyak. Karena itu penting sekali adanya bantuan dari kalangan masyarakat baik pribadi, organisasi maupun kelompok,” katanya.
Lantaran itu, dia menyampaikan apresiasi terhadap bantuan spontanitas dari masyarakat yang bahkan dilakukan tanpa diimbau oleh pemerintah atau pihak manapun. Karena hal ini sejatinya merupakan ciri khas bangsa Indonesia.
“Saya kira seruannya mungkin justru adalah ucapan terima kasih kepada mereka. Jangan malah menganggap belum memberikan bantuan karena belum ada imbauan. Karena kepedulian sosial dari masyarakat Indonesia ini sudah cukup tinggi dan mereka sadar kalau hal itu dilakukan sendiri oleh pemerintah tentunya tidak akan sanggup. Ini juga merupakan semangat gotong royong yang dimiliki masyarakat bangsa ini,,” ungkapnya.
(Baca Juga : Tak Perlu Malu, Ini Waktu yang Tepat dan Manfaat Menangis)
Menurut Prof. Achmad Mubarok, pandemi COVID-19 ini dampaknya paling berat dirasakan masyarakat ekonomi lemah. Karena orang yang biasanya bekerja dengan rutin, sekarang menjadi tidak bisa bekerja atau diberhentikan dari tempat kerjanya. Apalagi kalau mereka ini adalah para pekerja di sektor informal dengan upah harian.
“Bisa dibayangkan orang yang biasanya kerja dengan upah harian untuk kehidupannya lalu tiba-tiba dia tidak kerja, tentu dampaknya sangat luar biasa berat. Tetapi yang penting sesungguhnya sepanjang situasi negara ini aman, damai dan tidak ada kriminalitas yang terlalu parah masyarakat masih bisa melalui itu semua karena solidaritas kemanusiaanya untuk membantu antar sesama manusia-nya muncul,” ucapnya.
Follow Berita Okezone di Google News