Sambil memandang jauh ke depan, Rini berkata, dirinya tak membayangkan kini ia berjualan gorengan. Padahal Ramadhan tahun lalu, jadi momen berbuka puasa dengan bahagia bersama keluarga kecilnya.
Kondisi ini terjadi akibat efek COVID-19. Ya, wabah Corona tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga mulai mencekik kehidupan para karyawan maupun buruh yang mengalami PHK karena perusahaan tak lagi mampu membayar gaji.
Seperti dialami Rini, perempuan muda, 26 tahun. Di usianya yang masih muda, ia mesti memainkan peran sebagai ibu tunggal dari empat orang anak. Derita lain yang mesti ia pikul jauh sebelum pandemi COVID-19 muncul.
Kerja keras dan banting tulang tanpa suami menjadi makanan sehari-hari Rini. Sebelum di PHK, Rini bekerja sebagai karyawan swasta di agensi perjalanan. Gaji UMR ia rasa cukup untuk makan sehari-hari dan sebagian ditabung untuk dana pendidikan anak.
Namun, itu semua tak lagi ia rasakan setelah perusahaan memberikan pesan singkat di pagi hari pertengahan Maret 2020 lalu. "Maaf, kamu mesti dirumahkan dan perusahaan tak bisa menggaji kamu," begitu bunyi pesannya.
(Baca Juga : Gaya Hijab Penyanyi Tere, Mualaf yang Kini Gencar Berdakwah)
Bagai mengalami mimpi buruk, Rini hanya terdiam membaca pesan itu. Terbayang setumpuk persoalan yang harus dihadapinya: Darimana biaya untuk membeli susu, diapers, dan makan sehari-hari?
Napasnya seperti tertahan di momen ini. Namun, keajaiban datang. Ya, perusahaan tempat Rini bekerja tetap memberikan uang 'insentif' sebagai uang ganti kerja setengah bulan.
"Setelah itu, aku berpikir bagaimana bisa tetap punya uang untuk membiayai hidup diri sendiri dan terpenting untuk ketiga anakku tanpa suami," keluh Rini sambil menjaga gorengan di pinggir jalan kawasan Tangerang Selatan, Kamis (30/4/2020). Ya, Rini memang beranak empat, tetapi anak pertamanya ikut mantan suaminya.
Jual gorengan jadi pilihan
Tak bisa hanya diam, Rini pun memutar otak seraya berdoa pada Tuhan agar diberi jalan keluar. Sampai akhirnya datang sanak saudara mengajaknya berjualan gorengan. Momen itu datang sebelum Ramadhan 2020 tiba. "Ada saudara ngajak jual gorengan dititip di warungnya. Nggak mikir gimana-gimana lagi, aku iyain," kata Rini mengingat momen itu.
(Baca Juga : Putuskan Hijrah, Begini Gaya Hijab Artis-Artis Mualaf)
Tak tahu cara mengolah bumbu dan bahan masakan menjadi gorengan, membuat Rini meminta bantuan ibu kandungnya. Dia dibekali ilmu cara membuat tahu isi dan lontong sayur. Urusan belanja, ia meminta bantuan bapaknya. "Sumpah, awal jualan nggak tahu sama sekali cara bikin lontong atau tahu isi. Umi yang bantu bikinin dan bapak yang belanja ke pasar," cerita Rini.
Tidak tega melihat orangtuanya yang sudah tua mesti masih bekerja keras bercucuran keringat, Rini pun berinisiatif melakukan itu semua sendiri. Maka, saat Umi membuat adonan, Rini memperhatikan dengan seksama. Begitu pula saat bapaknya pergi ke pasar untuk belanja, Rini minta ikut supaya tahu harga dan apa saja yang dibeli.
Berjalannya waktu, ia pun melakukannya seorang diri. Mulai dari belanja ke pasar pukul 05.30, masak hingga pukul 14.00, sampai akhirnya menjual gorengan hingga adzan Maghrib berkumandang. "Awalnya nitip di warung saudara, tapi pas Ramadhan datang, ya, buka sendiri di pinggir jalan," cerita Rini.
(Baca Juga : Jawaban Gus Miftah Atas Isu Kiamat 15 Ramadhan)
Saat sesi wawancara dengan Okezone berlangsung, Rini tiba-tiba terdiam. Lalu tertawa kecil seraya berkata, "Nggak nyangka bisa jadi gini (ketawa). Dulu, Ramadhan itu momen aku buka puasa sama keluarga di rumah, sekarang malah ngurus gorengan kayak gini. Haduh nasib," ucapnya dengan suara lirih.
Meski begitu Rini percaya bahwa apapun yang terjadi sekarang adalah jalan Allah SWT. Apapun harus disyukuri, terlebih sekarang masih bisa dapat pemasukan walau nominalnya bisa dibilang kecil. Ya, untuk jualan gorengan ini, Rini hanya dapat untung Rp20 ribu. "Kalau ditanya cukup atau nggak, ya, dicukup-cukupin," katanya lantas tersenyum.
Follow Berita Okezone di Google News