Data Resmi Kurang Akurat
Reuters menyebut bahwa data resmi pemerintah Indonesia terkait COVID-19 tidak akurat. Mereka menyebutkan lebih dari 2.200 orang Indonesia telah meninggal dengan gejala COVID-19 tetapi tidak dicatat oleh pemerintah.
Tinjauan dilakukan Reuters pada 16 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, tiga ahli medis mengatakan angka-angka tersebut mengindikasikan jumlah korban jiwa nasional kemungkinan jauh lebih tinggi daripada angka resmi yang saat ini menyentuh 773.
(Baca Juga : Hidayah di Bulan Ramadhan, Aktris Cantik Ini Resmi Jadi Mualaf)
Data terbaru dari 16 provinsi menunjukkan ada 2.212 kematian pasien dalam pengawasan (PDP) karena terinfeksi virus corona akut. Data dikumpulkan oleh lembaga provinsi setiap hari berdasarkan informasi dari rumah sakit, klinik dan petugas yang mengawasi pemakaman. Sebanyak 2.212 kematian adalah tambahan dari 693 orang yang dites positif COVID-19.
Anggota Senior Gugus Tugas Percepatan COVID-19, Wiku Adisasmito, tidak membantah temuan yang diperoleh Reuters. Tetapi mereka menolak mengomentari jumlah korban COVID-19 yang diyakini dapat ditemukan di antara pasien yang masuk kategori sebagai PDP.
(Baca Juga : Imam Besar Al Sudais Pastikan Masjidil Haram Dibuka dalam Waktu Dekat)
Dokter Wiku mengatakan lebih dari 19.897 orang yang diduga terinfeksi COVID-19 di Indonesia belum diuji karena antrean panjang spesimen yang menunggu diproses di laboratorium yang kekurangan staf. Beberapa orang telah meninggal sebelum sampel mereka dianalisis.
“Jika mereka memiliki ribuan atau ratusan sampel yang perlu mereka uji, mana yang akan mereka prioritaskan? Mereka akan memberikan prioritas kepada orang-orang yang masih hidup,” jelas dr. Wiku kepada Reuters.
Follow Berita Okezone di Google News
(ful)