Sementara itu, Humas PB IDI dr Halik Malik, menyampaikan bahwa setiap pasien menyampaikan secara terbuka, jujur, dan terus terang mengenai kondisinya. Itupun sudah sering diimbau. Pemerintah dan semua pihak dalam setiap kesempatan selalu mengingatkan agar masyarakat bisa menilai diri masing-masing. "Terkait risiko atau kemungkinan menderita covid19 berdasarkan gejala, riwayat perjalanan, dan riwayat kontak sebelumnya," kata Dokter Halik.
Namun masalahnya, menurut Dokter Halik, kemungkinan ada pasien yang tidak mengetahui, apakah ada riwayat kontak dengan pasien corona COVID-19. Meski begitu terkait kondisi kesehatannya sendiri harus disampaikan apa adanya. "Saat ini orang tanpa gejala cukup banyak, banyak yang tidak mengetahui sebelumnya kalau dirinya sudah tertular. Oleh karena itu skrining perlu lebih diperketat di setiap fasilitas kesehatan," terangnya.
Saat ini, sambung Dokter Halik, sudah tersedia cukup banyak aplikasi untuk melakukan self assesment. Terkait risiko diri tertular corona COVID-19, pastinya sulit utk mengetahui riwayat perjalanan, riwayat kontak dan riwayat penyakit sebelumnya tanpa adanya informasi dari pasien sendiri. Maka, tetap perlu dilakukan skrining berdasarkan keterangan apa adanya dari pasien dan keluarga. Serta pemeriksaan awal di lini depan setiap fasilitas pelayanan kesehatan.
"Penyakit COVID-19 bukanlah aib dan tidak ada diskriminasi dalam penanganannya. Jadi lebih baik terbuka, biar nyawa sendiri selamat, karena cepat ditangani dan tidak menularkan ke orang lain dan segera diantisipasi," pungkasnya. Lewat tulisan ini, Okezone juga mengimbau kepada pasien yang merasakan gejala COVID-19, jangan berbohong saat berkonsultasi ke dokter. Ceritakan secara jujur riwayat sakit Anda, agar jangan ada lagi tenaga medis yang jadi korban.
Follow Berita Okezone di Google News
(ful)