Sementara itu, Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), KH Sirril Wafa mengatakan, pada dasarnya ketentuan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha menunggu keputusan hasil sidang isbat oleh Kemenag.
"Karena memang selain mengacu hasil perhitungan/ hisab falakyah, juga mempertimbangkan hasil rukyat/observasi hilal di lapangan," katanya saat dihubungi Okezone belum lama ini.
Menurut hisab almanak yang terhimpun dalam Tim Falakiyah Kemenag RI, pada hari Kamis, 23 April bertepatan 29 Sya'ban 1441 H selepas maghrib, posisi hilal di seluruh Indonesia sudah di atas ufuk antara 2 hingga 4 derajat karenanya hisab kalender mencatat 24 April sebagai 1 Ramadhan 1441 H.
Lalu adakah potensi perbedaan awal Ramadhan tahun ini?
Dalam posisi perhitungan seperti ini, kata Kiai Sirril Wafa, potensi perbedaan dimungkinkan. Bagi mereka yang mendasarkan urusan mengawali dan mengakhiri Ramadhan denga Rukyatul hilal.
"Ya harus menunggu hasil rukyat. Jika hasil rukyat di seluruh Indonesia nanti ternyata nihil, boleh jadi bagi kelompok ini awal puasa menjadi 25 April. Namun jika ada yang berhasil melihat hilal, dan kesaksiannya dipandang sahih, maka malam 24 April bisa mulai Sholat Tarawih," terangnya.
"Kapasitas saya di sini hanya memprediksi dengan mengacu pada data hisab kalender yang ada. Harapan saya mudah-mudahan tahun ini umat Islam di Indonesia bisa memulai dan mengakhiri Puasa Ramadhan secara bersama-sama, tidak terjadi perbedaan," pungkasnya.
Follow Berita Okezone di Google News
(ful)