PANDEMI virus corona (COVID-19) mengharuskan semua umat beragama beribadah di rumah masing-masing. Tak terkecuali umat Islam yang akan menyambut Bulan Suci Ramadhan. Hal ini untuk memutus rantai penularan virus COVID-19. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat muslim menghidupkan ibadah Ramadhan di rumah selama masa pandemi.
Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Asrorun Ni'am mengingatkan agar umat Islam menjadikan rumah sebagai sentra kegiatan ibadah. Masyarakat harus memahami Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan ibadah dalam situasi wabah virus COVID-19. Salah satunya yaitu soal shalat di rumah.
"Kita jadikan rumah sebagai sentrum kegiatan ibadah," ujar Asrorun dalam konferensi pers yang disiarkan melalui saluran YouTube BNPB, Senin 13 April 2020.
Saat ini kata dia, masyarakat harus mulai terbiasa menyelenggarakan ibadah Ramadhan dengan kebiasaan baru, di situasi dan kondisi yang baru, namun tetap dalam tuntunan syariat Islam. “Sholat-sholat sunah kita laksanakan di dalam rumah,” terang dia.
Dia juga meminta kepada masyarakat untuk tidak berkerumun di masjid atau musala selama bulan Ramadhan lantaran adanya pergesaran kegiatan ibadah. Namun, masjid dan musala tetap menjadi pusat penyiaran. Seperti azan yang dikumandangkan sebagai penanda waktu sholat. “Tetapi aktivitas keagamaan kita pusatkan di kediaman (rumah) kita masing-masing,” tandasnya.
Senada dengan MUI, Menteri Agama Fachrul Razi juga meminta umat Islam untuk melakukan tarawih dan tadarus di rumah masing-masing selama Ramadhan. Imbauan Menag ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor 6 Tahun 2020. “Sholat Tarawih cukup dilakukan secara individual atau berjamaah bersama keluarga inti di rumah,” ujar Menag Fachrul Razi belum lama ini.
Namun disisi lain, Forum Silaturahmi Takmir Masjid se-Jakarta menemukan masih banyaknya masjid atau musala yang tetap mengadakan sholat berjamaah di masjid. Ada tantangan besar untuk memberi pemahaman kepada seluruh imam dan ustadz terkait risiko penyebaran COVID-19 saat melakukan sholat berjemaah di masjid.
"Terutama mereka yang tidak paham bahaya COVID-19 atau mereka paham, tapi ada kebencian kepada pemerintah," ujar Koordinator Forum Silaturahmi Takmir Masjid se-Jakarta, Muhammad Husni Mubarok, seperti dikutip BBC News Indonesia, Selasa (14/4/2020).
Husni menyebut, sebagian besar masjid di Jakarta yang masih menggelar sholat berjemaah berada di lingkungan padat penduduk atau permukiman kelas ekonomi menengah ke bawah. Dia pun memberi masukan kepada pemerintah agar menggandeng pemuka agama untuk menyerukan penghentian aktivitas umat di masjid selama pandemi ini.
(Baca Juga : Kapan Pandemi Virus Corona Berakhir? Ini Jawaban Para Pakar Penyakit Menular)
"Masjid-masjid ini bersiasat dengan tidak menggunakan pengeras suara. Khatib yang biasanya kotbah 10-15 menit, kini hanya 5 menit. Sholat langsung khotbah, tidak ada salaman, langsung bubar," ujar Husni.
Oleh karena itu, perlu sinergi antara pemerintah pusat dan daerah menggandeng ulama, ustadz atau para habaib untuk menyampaikan imbauan dengan bahasa yang sejuk.
"Bukan cuma kepada masyarakat tapi para ustaz yang di perkampungan. Mereka ini yang punya kewajiban menjelaskan kepada umat. Kalau di kompleks perumahan, rata-rata sudah tidak ada salat berjamaah di masjid," tutup Husni.
Follow Berita Okezone di Google News