5. Melahirkan Gunung Anak Krakatau
Letusan Krakatau pada 1883 melahirkan gunung baru yang saat ini dikenal dengan Gunung Anak Krakatau. Anak Krakatau mulai tumbuh pada 20 Januari 1930 hingga sekarang. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter (20 inci) per bulan.
Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekira 6 meter (20 kaki) dan lebih lebar 12 meter (40 kaki). Saat ini, Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 mdpl (pengukuran September 2018).
6. Letusan Anak Krakatau Bertipe Strombolian
Letusan Anak Krakatau yang terjadi pada 20 Juni 2016, 19 Februari 2017, 29 Juni hingga 22 Desember 2018 memiliki tipe letusan strombolian, yakni semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunung api sering aktif di tepi benua atau di tengah benua.
7. Gunung Anak Krakatau Timbulkan Tsunami
Pada 22 Desember 2018, Anak Krakatau alami letusan dengan tinggi asap berkisar 300-1500 meter di atas puncak kawah. Secara kegempaan, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo overscale (85 mm). Pukul 21.03 WIB terjadi letusan, selang beberapa lama terjadi tsunami.
Berdasarkan citra satelit yang diterima oleh PVMBG, sebagian besar dari tubuh Anak Krakatau mengalami longsor, yang kemudian menyebabkan tsunami di Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan.
8. Hampir Seluruh Tubuh Anak Krakatau Rawan Bencana
Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menujukkan bahwa hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter kurang lebih 2 kilometer merupakan kawasan rawan bencana.
Potensi bahaya Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar dan aliran lava dari pusat erupsi serta awan panas yang mengarah ke selatan.
Follow Berita Okezone di Google News
(amr)