JAKARTA - Pemerintah punya keinginan kuat agar Indonesia berperan dalam energi hijau yang belakangan populer karena program pemanfaatan kendaraan listrik.
Apalagi, Indonesia kaya akan nikel yang merupakan bahan penting pembuatan baterai kendaraan listrik. Diperkirakan, Indonesia punya 11,7 miliar ton bijih nikel dan cadangannya mencapai 4,5 miliar ton.
Presiden Direktur PT Ceria Nugraha Indotama, Derian Sakmiwata mengatakan, Indonesia adalah raja nikel. Oleh sebab itu, dia serius dalam menggarap potensi nikel di Indonesia.
“Kami ingin membuat sampai lini baterai,’’ ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (12/3/2023).
Ceria akan mengembangkan fasilitas pengolahan dan pemurnian yang dapat mengokah bijih nikel kadar tinggi (saprolite) dan bijih nikel kadar rendah (limonite) yang memiliki kandungan cobalt yang baik dengan menggunakan 2 teknologi.
Follow Berita Okezone di Google News
Bijih saprolite diolah menggunakan teknologi RKEF terkini, yaitu rectangular RKEF dengan kapasitas 72MVA untuk setiap linenya, sementara bijih limonite akan diolah dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).
Saat ini, dia menyebut Ceria sedang membangun line 1 smelter dari target 4 smelter RKEF dengan tungku persegi panjang 72 MVA dengan kapasitas produksi FeNi 252.700tpa dengan kadar 22% nikel. Nanti, kapasitas produksi smelter itu akan mengandung logam Nikel sebanyak 55.600 ton pada produknya.
Fasilitas HPAL akan dibangun secara bertahap dan diharapkan dapat memiliki kapasitas produksi total sebesar 312,000 ton mixed hydroxide precipitation (MHP) yang di dalamnya terkandung 120,000 ton nikel dan 12,300 ton cobalt.
Ceria melihat pengembangan smelter RKEF dan HPAL sebagai tahapan pengembangan awal menuju hilirisasi nikel. Ceria merencanakan pengembangan yang terdiri atas 5 tahapan pengembangan proyek pengolahan dan pemurnian bijih nikel. Untuk bijih nikel saprolite yang diolah melalui smelter RKEF dan memproduksi ferronickel akan dilanjutkan pengolahannya hingga memproduksi nickel matte sampai produk pengolahan antara akhir nickel sulphate.
Sementara bijih limonite yang diolah melalui pabrik HPAL untuk memproduksi MHP akan dilanjutkan sampai nickel sulphate, lalu dilanjutkan menjadi precursors (katoda dan anoda) yang hasil akhirnya adalah battery cells dan battery pack.
”Kami berkomitmen untuk mendukung program net zero emission pemerintah pada 2060. Kami dalam proses membangun pabrik untuk baterai,” katanya.
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Follow