JAKARTA – Pandemi covid-19 menghantam seluruh sektor industri termasuk tekstil dan garmen. Direktur Pelaksana Pengembangan Kebijakan dan Kemitraan Bank Dunia Mari Elka Pangestu memaparkan, pekerja yang paling terdampak pandemi banyak berasal dari sektor jasa dan konstruksi hingga sektor informal seperti tekstil.
Sekitar jutaan penjahit di Indonesia kehilangan pekerjaan di tengah situasi pandemi yang sulit demi bertahan hidup. Data Kementerian Perindustrian tahun 2020 mengungkap industri garmen mengalami penurunan jumlah produksi yang berimbas pada turunnya tingkat utilisasi industri garmen, dari 84,93% ke 65,00%.
Ini disebabkan kelangkaan dan mahalnya harga bahan baku, merosotnya jumlah permintaan, hingga kesulitan distribusi akibat pembatasan mobilitas, yang berujung pada terhentinya aktivitas industri. Akibatnya, Asosiasi Pertekstilan Indonesia melaporkan, sebanyak 1,8 juta tenaga kerja dari sektor tekstil dirumahkan dan di-PHK.
Dalam beberapa laporan akhir-akhir ini, sejumlah isu sosial dan lingkungan akibat tren fast fashion mencuat di tingkat global dan kian mengkhawatirkan, termasuk masalah limbah tekstil, polusi udara karena pembakaran pakaian bekas, dan yang terburuk adalah, eksploitasi anak-anak menjadi pekerja berupah rendah.
"Limbah tekstil adalah pencemar air kedua terburuk di dunia setelah limbah industri. Menurut data kami, dari total 200 miliar potong pakaian yang diproduksi setiap tahun, 85% di antaranya berakhir di tempat sampah. Tak terkecuali, Indonesia, yang juga membutuhkan perhatian lebih pada isu ini. Kami mencatat, dari sekitar 33 juta ton pakaian yang diproduksi, hampir satu juta di antaranya menjadi limbah tekstil tiap tahun," ujar Co-founder Our Reworked World Annika Rachmat dilansir dari Antara, Rabu (19/10/2022).
Untuk itu dia berharap kampanye gerakan slow fashion dapat memberdayakan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan. Dia menyampaikan slow fashion merupakan antitesis dari fast fashion, yang mana lebih mengutamakan kualitas produk dan usia pemakaian yang lebih lama. Meski relatif lebih mahal, namun, secara etika dan kualitas produk, slow fashion jauh lebih unggul dan ramah lingkungan ketimbang fast fashion.
Follow Berita Okezone di Google News