JAKARTA - Dengan adanya pandemi saat ini, permintaan akan perbankan digital dan layanan keuangan lainnya berkembang pesat di Indonesia.
Menurut data BPS, di kuartal IV 2020, 9 dari 10 orang yang disurvei melakukan pembelian online dan penggunaan layanan perbankan mobile melonjak tahun ke tahun hingga 67,2%.
Situasi ini mendorong lembaga keuangan untuk meningkatkan kemampuan mereka dan menjadi lebih gesit agar dapat memanfaatkan momentum tersebut di tahun 2021 dan seterusnya.
"Pada umumnya, lembaga keuangan menghabiskan 30-35% waktu mereka untuk membeli dan mengintegrasikan teknologi baru. Hal tersebut mengurangi kecepatan dalam meluncurkan layanan keuangan baru," ujar APAC Managing Director of GBG Dev Dhiman dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu (27/1/2021).
Baca Juga: OJK Fokus Kembangkan Keuangan Digital hingga Tahun 2024
Dia menjelaskan, saat ini dengan meningkatnya penipuan keuangan siber, terlebih dengan adanya kejahatan rekayasa sosial dan pencurian identitas selama masa pandemi, pihaknya telah melihat bagaimana intelijen data di keamanan endpoint, asosiasi identitas, validasi alamat email, dan kemampuan penilaian lewat telepon telah membantu memitigasi usaha penipuan keuangan.
"Mengembangkan solusi pencegahan penipuan sangatlah penting untuk mengatasi ancaman berbahaya yang semakin banyak bermunculan," katanya.
Follow Berita Okezone di Google News