Angka kelahiran di Indonesia pada tahun ini tercatat cukup tinggi. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk, Dr.Ir.Dwi Listyawardani atau kerap disapa Dani menjelaskan, ada tambahan 400-500 ribu kelahiran di Indonesia per tahun. Biasanya di Indonesia terdapat 4-5 juta kelahiran per tahun.
Berdasarkan data tersebut, bisa disimpulkan angka kelahiran di Indonesia naik sebesar 10 persen karena adanya putus pakai kontrasepsi. Banyak masyarakat yang enggan dan takut pergi ke fasilitas kesehatan untuk memasang aseptor.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K), mengatakan saat ini mereka telah bekerjasama dengan pihak swasta untuk membantu BKKBN dan pemerintah dalam mencapai tujuan family planning di Indonesia.
Daerah intervensi yang dipilih juga sesuai dengan target BKKBN dalam menurunkan Total Fertility Rate (TFR).
“Untuk mengatasi hambatan akses kontrasepsi yang terjadi selama pandemi, BKKBN melakukan beberapa langkah strategis dan cepat, seperti layanan kontrasepsi bagi satu juta akseptor dari rumah ke rumah di seluruh Indonesia,” terang Hasto, dalam siaran pers ‘Hari Kontrasepsi Sedunia’ Minggu (27/9/2020).
Hasto mengatakan BKKBN membuat sistem informasi secara masif dengan menggunakan multi-level networking mencakup 34 provinsi, 514 kabupaten. Terdapat 23.400 penyuluh lapangan dan 1,2 juta kader dan menggunakan teknologi digital seperti KlikKB dalam pemberikan konseling kontrasepsi.
Ia mengatakan, “Selama masa pandemi Covid-19 terjadi penurunan akses terhadap layanan fasilitas kesehatan. Hal yang harus kita cermati terkait kondisi ini yaitu dampak terdekatnya, terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan yang presentasinya hampir mencapai 17,5%”.
Baca juga: Begini Cara Mengembangbiakan dan Merawat Tanaman Janda Bolong
Follow Berita Okezone di Google News
(ahl)