Kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI ke-4 banyak menuai kritik karena dianggap sering mengeluarkan kebijakan nyeleneh. Berbagai demonstrasi pun terjadi untuk menuntut sang Kiai mundur dari jabatannya.
Sekelompok masyarakat kerap berdemonstrasi ke Istana Negara. Meski selalu dihalang-halangi pasukan pengamanan Presiden untuk menemui pendemo, Gus Dur terkadang berhasil lolos dari pantauan.
"Presiden Gus Dur mundur saja! Mundurr...!" teriak para pendemo.
(Baca Juga : Jawaban Gus Miftah Atas Isu Kiamat 15 Ramadhan)
Bukan Gus Dur namanya kalau tidak menanggapi aspirasi masyarakat. Gus Dur justru menjawabnya dengan jenaka.
"Sampeyan (kamu) ini bagaimana. Saya maju saja harus dituntun, kok malah disuruh mundur," jawab Gus Dur santai.
Jawaban tersebut sangat membekas dalam ingatan publik kala itu sebagai humor berkelas. Dalam situasi sesulit apapun, Gus Dur selalu memiliki cara mengendalikan diri sembari menghibur orang lain supaya bisa berpikir jernih dalam mengatasi persoalan.
(Baca Juga : Gaya Hijab Penyanyi Tere, Mualaf yang Kini Gencar Berdakwah)
Jawaban Gus Dur membuka mata publik tentang gaya komunikasi baru dalam dunia perpolitikan Indonesia. Ia ingin menjadikan istana kepresidenan sebagai tempat rakyat dan pemimpin leluasa bertatap muka.
*Diadaptasi dari buku Gus Dur: Kisah-Kisah Jenaka dan Pesan-Pesan Keberagaman karya Marwini, S.H.I., M.A., M.Si.
Follow Berita Okezone di Google News
(ful)