NEW YORK - Dolar AS melemah pada akhir perdagangan Rabu, karena imbal hasil obligasi pemerintah AS turun di tengah kekhawatiran ekonomi AS dapat meluncur ke dalam resesi. Ketua Federal Reserve Jerome Powell pun menyatakan suku bunga yang lebih tinggi menyakitkan tetapi cara bank sentral memperlambat inflasi.
Dalam sidang Komite Perbankan Senat AS, Powell mengatakan, The Fed tidak mencoba merekayasa resesi untuk menekan inflasi tetapi berkomitmen penuh untuk mengendalikan harga-harga sekalipun hal itu berisiko terhadap penurunan ekonomi.
"Suku bunga yang lebih tinggi memang menyakitkan, tetapi itu adalah alat yang kita miliki untuk menurunkan inflasi," kata Powell, dikutip dari Antara, Kamis (23/6/2022).
Baca Juga: Dolar AS Menguat, Euro Anjlok Sikapi Kebijakan Bank Sentral Eropa
Investor pun khawatir kenaikan suku bunga agresif bank sentral untuk menjinakkan risiko inflasi menyebabkan perlambatan atau resesi global yang tajam. Suku bunga lebih tinggi telah memperkuat dolar tetapi euro telah naik dalam beberapa hari terakhir karena rencana Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi.
"Keputusan Federal Reserve menyiapkan panggung untuk langkah yang lebih besar oleh bank sentral lain dan itu memimpin euro lebih tinggi, misalnya, dan dolar Kanada lebih tinggi," kata Direktur Pelaksana BK Asset Management, Kathy Lien.
Baca Juga: Dolar AS Kian Tertekan Penyataan Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde
"Penjualan obligasi pemerintah AS memberi tahu kita bahwa pasar tidak terkejut dengan apa pun yang dikatakan Powell. Saya akan mengaitkan pelemahan dolar lebih banyak dengan pergerakan greenback sejalan dengan imbal hasil obligasi pemerintah," kata Lien.
Inflasi harga konsumen Inggris mencapai tertinggi 40 tahun di 9,1% pada Mei. Sementara inflasi tahunan Kanada melonjak menjadi 7,7% bulan lalu ke tingkat tertinggi sejak Januari 1983.
Data terbaru menunjukkan harga-harga konsumen berjalan lebih panas dari yang diharapkan.
Follow Berita Okezone di Google News