Kepala BKKBN DR (HC) dr Hasto Wardoyo Sp.OG mengatakan, Jepang adalah salah satu negara yang berhasil memanfaatkan peluang bonus demografi. Pendapatan per kapita dan ruang fiskalnya pun naik signifikan.
"Semua itu diraih saat terjadi bonus demografi," katanya dalam kesempatan webinar.
Untuk itu Hasto mengingatkan masyarakat betapa pentingnya menciptakan generasi unggul di saat negara ini memasuki bonus demografi. Tahun 2035, window of opportunity itu akan lewat.
"Negara kita masuk aging population. Walau kita berharap ada bonus demografi tahap kedua, tapi kita tidak boleh optimis," ujar Hasto mengingatkan.
Menurut Hasto, saat ini peluang bonus demografi masih dihadapkan pada tantangan "unmet need" KB (mereka yang ingin KB tapi belum terlayani) dan "unwanted pregnancy" (kehamilan yang tidak diinginkan). Rerata nasional persentasenya masing-masing 12 persen dan 17 persen.
"Ada daerah yang angka unwanted pregnancy 9 persen, ada yang 26 persen. Disamping itu kita berharap lansia usia 65 tahun tetap produktif. Jadi, masih ada ruang bagi kita untuk bekerja lebih keras lagi. Memang butuh energi luar biasa untuk mencapai hasil sesuai harapan," jelas Hasto.
Untuk mengejar target yang ada, termasuk dalam memperbanyak kesertaan KB pria, BKKBN mengembangkan empat strategi. Yakni, regulasi, rantai pasok, ketersediaan alat/obat kontrasepsi, dan anggaran.
Baca Juga : Syarat Penggunaan Alat Kontrasepsi Aman untuk Wanita
Regulasi, menurut Hasto, telah disesuaikan dimana kini Penyuluh KB (PKB) ataupun Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) bisa ikut mendistribusikan kontrasepsi kepada masyarakat.
Demikian halnya mata rantai pasok kontrasepsi, harus sampai ke pihak-pihak yang membutuhkan, hingga ke masyarakat secara gratis. "Kami tidak membeda-bedakan fasilitas kesehatan. Semua bisa akses alat dan obat kontrasepsi secara gratis sesuai aturan," ujar Hasto.
Terkait ketersediaan alat/obat kontrasepsi, Hasto mengatakan saat ini BKKBN telah menyediakan susuk KB satu batang. Melalui Program KB Rumah Sakit yang digalakkan kembali, Hasto berharap susuk KB satu batang bisa dipopulerkan. Susuk ini memiliki masa pakai tiga tahun.
Pil KB 1 cc, dari 3 cc sebelumnya, juga mulai disediakan di 2020. Akseptor yang menginginkan suntik dan tetap menstruasi, juga sudah disiapkan BKKBN
"Sebanyak 4,8-5 juta orang melahirkan tiap tahun. Mereka perlu mendapat pelayanan KB di klinik, rumah sakit dan provider," ujar Hasto.
Follow Berita Okezone di Google News