BEBERAPA waktu belakangan publik dihebohkan dengan polemik kata Anjay, lantaran Lutfi Agizal meminta dukungan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) agar kata tersebut dilarang. Memang fenomena kata Anjay ini banyak terjadi di platform digital.
Modernisasi dan digitalisasi yang terjadi sekarang ini memberi kekhawatiran besar bagi sebagian orangtua, khususnya soal tumbuh kembang anak. Ketakutan itu salah satunya adalah anak bisa mengumpat karena tayangan yang disajikan content creator di platform video.
Jika membahas soal ini, apakah platform digital benar-benar memberi dampak buruk tersebut pada anak? Atau ada penyebab lain ketika anak sudah bisa mengeluarkan kata yang berkonotasi ke arah mengumpat?
Baca Juga: Pakar Linguistik Forensik Komentari 'Anjay' Lutfi Agizal: Tak Perlu Dirisaukan!
Menjawab hal tersebut, Okezone coba berdiskusi dengan Psikolog Anak Karina Istifarisny. Menurut dia, tidak semua penyebab anak mengumpat bersumber dari platform video digital. Sebab, tayangan yang disajikan di medium tersebut tidak selalu buruk, banyak juga konten positif yang bisa membantu pengembangan diri anak.
Tapi, tentu ada pengaruhnya dari sana, terlebih ketika orangtua tidak mengawasi tontonan yang dipilih si anak di platform digital tersebut. Lebih jauh lagi, sambung Karina, pada dasarnya anak itu meniru, baik dari temannya, orang dewasa di sekitar, terutama orangtua, atau tayangan yang dikhawatirkan ini.
"Perhatikan saja, anak-anak yang nonton kartun berbahasa Inggris, kadangkala dia dapat memahami satu dua kosa kata dalam bahasa Inggris tanpa perlu dipelajari. Karena ada pembelajaran yang terjadi di sana," jelas Karina melalui pesan singkat kepada Okezone.
Follow Berita Okezone di Google News